PERAN MEDIA SOSIAL DALAM MENYEBARKAN PESAN DAKWAH YANG POSITIF

 Seiring dengan kemajuan teknologi, para Da'i yang melakukan dakwah telah berhasil menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut. Hal ini terbukti dengan penggunaan media sebagai sarana efektif dalam kegiatan dakwah. Media menjadi salah satu alat utama untuk menyampaikan pesan dakwah, terutama media baru yang telah mengubah bentuk media melalui konvergensi 

Namun, seiring dengan adanya konvergensi media, banyak umat Islam beralih dari sumber dakwah tradisional, seperti televisi atau radio, menuju media sosial. Pesona media sosial mampu memikat pengguna dan bahkan menjadi konsumsi massif. Saat ini, hamper setengah dari pengguna media sosial berasal dari berbagai latar belakang masyarakat, yang dapat mengakses berbagai informasi termasuk politik, seni, sosial, budaya, dan agama. Oleh karena itu, dalam menghadapi fenomena ini, Da'i perlu bersaing untuk tetap menyebarkan kebaikan dan menyebarluaskan ajaran agama Islam tanpa tertinggal oleh perkembangan zaman. Oleh karena itu, perlu adanya pembaruan dalam hal peningkatan kemampuan teknologi modern 

Dakwah dapat dilakukan di berbagai tempat dan melalui berbagai media, selama tetap sesuai dengan ajaran dan syari'at Islam serta menjunjung tinggi nilai-nilai, norma, aturan, dan petunjuk yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Al-Hadis (Romli, 2019). Sebagai contoh, pendakwah dapat memulai kegiatan berdakwah dengan membuat konten. Konten yang disebarkan melalui media sosial memiliki peranan penting, karena di

dalamnya mengandung strategi dan teknik pemasaran, serta alasan bagaimana tampilan konten dapat disajikan semenarik dan sekreatif mungkin untuk menarik perhatian pengguna media. Dengan pendekatan ini, tidak ada batasan untuk memastikan bahwa pesan-pesan dakwah yang disampaikan melalui media sosial dapat diterima dengan baik oleh masyarakat 

Dalam proses penyebaran dakwah melalui media sosial menyebabkan berbagai pendapat bermunculan. Sebagian ulama pro dan kontra terhadap adanya dakwah melalui media massa atau sering disebut dengan dakwah virtual. Pendapat pro terhadap dakwah virtual beralaskan bahwa dakwah harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi yang terjadi. Sehingga, dakwah dapat terus dinikmati segala kalangan. Pendapat kontra berpendapat bahwa dakwah lebih baik dilakukan secara langsung agar tidak salah persepsi dalam menangkap maksud dari pesan dakwah yang disampaikan. Selain itu, dakwah secara langsung juga menghindari berita dusta terkait agama.

Selain etika dalam berdakwah di media sosial, terdapat pula aspek yang harus diperhatikan. Di antara aspek tersebut ialah memiliki retorika yang baik dan memiliki pengetahuan dasar psikologi dan sosial. Retorika yang dimaksud ialah ciri khas tersendiri dalam penyampaian dakwah di media sosial. Contoh; khas dalam tutur kata, khas dalam materi dan lain sebaginya. Selain itu, pedakwah harus memiliki pengetahuan dasar psikologi dan sosial untuk menentukan dan memilih siapa target dan sasaran dalam berdakwah. Sehingga, materi dan cara penyampaian dapat selaras dengan sasaran dakwah yang diinginkan.

Dengana adanya dakwah melalui media sosial tentunya menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya ialah meluasnya media dalam dakwah sehingga dakwah dapat terus menjadi jembatan untuk menuju ke jalan yang diridhai oleh Allah SWT

Untuk mengatasi berbagai dampak negatif yang ditimbulakan, perlu diadakannya penyaringan informasi agama sebelum benar-benar mempercayai apa yang disampaikan. Berbagai dampak negatif tersebut terjadi akibat adanya hoax atau berita bohong yang bermunculan di sosial media. Untuk menghindari hal tersebut, perlu dilakukan analisis konten yang ada, evaluasi isi konten, kemudia klasifikasi apa yang disampaiakn dalam konten tersebut, dan yang terakhir adalah penyaringan yang kemudian penyerapan informasi agama yang disampaikan.